-->
Beberapa hari ini aku sial melulu. Tapi saat ini aku nggak akan ngebahas soal itu. Tadi sore, pas bangun tidur. Aku buka ponsel. Berniat mengahapus pesan-pesan lama yang masih ngendon disana, karen Inbox sudah mencapai 2000 lebih.
Dan disana aku menemukan sesuatu. Setelah aku baca lagi SMS-SMS itu, aku baru sepenuhnya sadar. Betapa aku ini beruntung. Ada banyak orang yang sayang padaku, dan aku yang tidak tahu terimakasih ini, malah sering cuek pada mereka. Atau lebih parahnya menyakiti mereka.
Teman-temanku, yang nggak hanya satu, semua udah pernah ngerasain kejamnya diriku. Terutama Na.
Aku nggak pernah lupa dengan saat-saat kami masih sama-sama dulu. Kemana-mana berdua. Nangis berdua, ketawa berdua, selengekan berdua, bolos berdua, dan aku masih ingat janji Na untuk ngajak aku ke Gereja, yang mungkin nggak akan pernah terpenuhi untuk selamanya. Aku nggak pernah lupa hal itu.
Aku yang egois dan sulit menerima diri Na yang berubah. Aku yang kecewa karena tidak bisa menjaga Na dengan baik, aku malah berbalik menyerang Na. melakukan banyak hal jahat padanya. Aku bahkan pernah mengatakan, aku nggak mengenali Na yang sekarang, padahal Na menganggap aku-lah yang paling mengenal dirinya.
Aku nggak bisa minta maaf. Karena aku nggak bisa menyalahkan diriku yang seperti itu. Karena aku nggak bisa mengalahkan ego dalam diriku. Aku memilih untuk pergi dari Na, menghindarinya dan menghapus segala tentang Na dari hidupku.
Dan kenyataan yang selalu aku dapati, ketika aku teringat tentang kebersamaan itu adalah, aku yang membangun, dan aku sendiri yag menghancurkannya. Bagaimana dengan Na, aku nggak pernah berpikir bagaimana dia telah terluka karena aku.
Aku hanya tidak ingin terjerumus seperti Na. itulah yang selama ini aku pikirkan… dan adalah sebuah kebenaran jika aku dan Na bukanlah lagi anak polos yang terus berusaha menerima diri satu sama lain. Semua telah berubah saat aku mengira bagi Na, bukanlah aku sahabat yang penting untuknya.
Aku bahkan tidak menyesal dengan pilihanku. Karena aku tahu, jika aku memilih untuk tetap menerima Na yang telah berubah, aku akan lebih menyakitinya lagi.
Sekarang Na sudah menemukan jalannya sendiri. Dan kurasa aku juga sudah hampir menemukan jalanku. Sekarang aku bukanlah Ta yang hanya terus berdua dengan Na seperti kembar siam. Aku punya temanku yang lain, yang mungkin tidak bisa dibandingkan dengan hubunganku dengan Na. tapi, aku bahagia ada mereka disisiku.
Bagaimana denganmu Na? yang aku tahu, Ay mungkin bisa meneriam cara berpikirmu. Tidak seperti aku yang kolot. Aku tidak akan minta maaf padamu atas keputusanku ini.
Aku tahu.. aku, kamu tidak bisa kembali seperti dulu. Aku tidak akan bisa memandangmu yang sekarang ini, seperti aku memandangmu saat itu. Kita tidak bisa lagi kembali pada persahabatan kita yang dulu. Aku hanya ingin minta maaf, karena telah banyak menyusahkanmu. Dan aku sangat berterimakasih, karena saat-saat kita bersama dulu, merupakan hal yang berharga bagiku. Aku nggak akan melupakan Na yang mengisi hariku saat itu.
Aku ragu Na. aku ingin mengatakan ini padamu. Tapi aku tidak bisa memilih mana yang terbaik. Aku nggak yakin bisa bersikap seperti aku bersikap pada yang lain terhadapmu, dan mungkin akan menyakitimu. Aku nggak yakin bisa tersenyum seperti biasanya jika kamu yang ada didepanku Na.
Aku begitu marah terhadapmu Na.
Tapi. Untuk yang terakhir, aku tidak ingin menyakitimu lebih jauh lagi. Aku akan mencoba berhenti dan berdamai dengan diriku sendiri mengenai dirimu Na. setidaknya, aku ingin kita berpisah dan menjalin hubungan baru seperti teman. Iya, teman. Bukan hubungan mengikat seperti dulu. Karena aku tahu, predikat sahabat itu mungkin terlalu mengikat untuk kita.
Suatu hari nanti. Aku masih ingin menyapamu saat kita tidak sengaja bertemu.
Satu keikhlasan yang bisa aku lakukan saat ini adalah mendoakan kamu bahagia dengan jalan yang kau pilih Na. aku sunggu berharap, kamu bisa menemukan damai dan bahagia yang selama ini kamu cari, yang tidak ada pada masa kita bersama. Maaf atas janji-janjiku yang nggak bisa aku penuhi.
Satu hari saja Na. jika kita bisa kembali pada waktu kita duduk dibawah pohon didekat jembatan. Aku ingin mengambil satu gambar saat kita bercerita mengenai saat kita belum bertemu. Sebuah kebohongan jika aku mengatakan aku tidak merindukanmu Na. tapi kita akan jalani apa yang sudah kita pilih untuk masa depan kita.
I’ll keep the memory of you my best friend Na, Deep down in my heart.
Aku sungguh berharap nggak akan nangis setelah ini.
0 komentar:
Posting Komentar