Akhirnya buku ini tersentuh juga, setelah penundaan-penundaan gak penting dariku dengan alasan lagi gak mood nangis (Sinting, emang ada gitu orang mood nangis?). Ini bukan buku aku sendiri sih, tapi hasil minjem punya Fikriya, temen sekelas di kampus. Nggak gampang lho buat baca buku ini, butuh kesabaran ekstra untuk mengantree, dan tentu untuk membacanya. Awalnya aku bilang “Nggak ah” pas di tawarin buat baca buku ini. Soalnya aku bener-bener nggak mau baca sesuatu yang aku tahu bakal bikin aku mewek. Tapi aku nyerah juga. Pada dasarnya, buku yang bikin mewek adalah buku yang bagus. Dan masa’ aku mau begitu saja melewatkannya?? *gratisini~*
Gadis ini bernama Indi, dia mengidap scoliosis, kelainan struktur tulang belakang, sejak dia kecil. Dia pemalu, dan sering di ejek oleh teman-teman seusianya. Tapi, dia bertemu dengan Mika, lelaki yang mencintainya tanpa syarat, dan Mika adalah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Yang mana pada akhirnya Mika meninggal dan meninggalkan duka mendalam, tapi juga pelajaran tentunya.
Tuh kan, aku tahu dari awal kalau aku bakalan nangis baca buku ini. Soalnya, pas baca sekilas aja aku udah mewek kayak orang sinting. Karena nggak siap dengan sakit kepala yang bakalan timbul setelah tangis-menangis ini, tiap air mataku muncul, aku tutup bukunya, menghela napas dalam-dalam, meratap dalam hati, lalu minum. Kalau aku terus baca tanpa henti, aku pasti udah nangis kayak aku yang ditinggal mati sama Mika, bukannya Indi.
Buku ini sangat polos dan jujur. Begitu naif. Tapi, bagiku buku ini sangat manis. Dan penilaianku terhadap sosok Mika ini begitu fantastis. Dia begitu hangat dan sangat ‘ngemong’ Indi, serta kebohongan-kebohongan manis yang di lontarkan Mika terasa begitu… mengharukan.
Meskipun ada kalanya aku bertanya-tanya, mengapa Indi sebegitu tidak beruntungnya? Mengidap scoliosis sekaligus mendapat pacar ODHA, dan dia meninggal saat Indi bersamanya, dan aku membenarkan pernyataan Indi yang sempat mempertanyakan Tuhan. Tapi, hey !! yang menyentuh adalah, bagaimana Indi pada akhirnya menganggap semua ini bukanlah ketidak beruntungan, melainkan anugerah. Dia hebat.
Jika di pikir lagi, mengapa orang seperti Mika yang saat itu dikirim Tuhan untuk Indi, jawabannya mungkin karena Indi membutuhkan orang seperti Mika. Indi belajar, dan mendapat begitu banyak pelajaran dan pengalaman melalui hari-hari yang dijalaninya bersama Mika, dan hari-hari yang di jalaninya tanpa Mika.
Tuhan mengirimkan orang yang tepat di saat yang tepat untuk kita. Aku yakin, tidak akan ada gunanya untukku ataupun untuk Mika, jika akulah orang yang dipertemukan dengan Mika. Mengapa? Karena aku tidak membutuhkan Mika seperti Indi membutuhkannya. Dari semua itu, kita bias bersyukur. Betapa beruntungnya kita tidak terlahir dengan kelainan seperti yang di alami Indi dan teman-teman yang mengidap scoliosis lainnya. Betapa beruntungnya kita, karena melalui tulisan Indi, kita bisa lebih berhati-hati agar tidak mengidap HIV/AIDS seperti Mika. Ini semua tentang rasa syukur, dan bagaimana kita menyikapi apa yang diberikan oleh yang kuasa pada kita.
Aku terlalu sok bikjak ya? Soalnya aku bener-bener tersentuh sama kisah ini. Terimakasih Indi dan tentu saja Mika.
Ada beberapa bagian favoritku tentang catatn Indi yaitu : Hari itu , Cara terakhir, Yang Mika tidak punya, Rasanya sakit, Tadi malam, Tuhan ada berapa, Neverland, Waktu kamu tidur, Kamu mati, 70 tahun kurang satu hari (sumpah aku nangis, rasanya sakit banget, meskipun aku nggak mengalaminya sendiri), Anak mika dan aku (Aku trenyuh, dan ini begitu manis), Dua pilihan, Surga dan Neverland (Pasti Indi kangen banget sama Mika), Semuanya, Apakah Tuhan tahu, Aku suka kamu berbohong, Tuhan menggunakanmu, Malaikat Tuhan, Cinta seperti cara kamu, dan dua catatan terakhir buku itu.
Well, kalau dilihat aku hampir suka semuanya. Karena ini adalah kenyataan yang ada di sekitar kita.
Cover Waktu Aku Sama Mika
waktu aku sama mika by Indi
Homerian Pustaka, 2009
ISBN: 978-979-17454-5-1
" sugar.. tau gak
kamu tuh ngingetin aku sama
anak - anak di buku Torey Hayden.."
"karena aku cacat?"
"bukan... tapi karena kamu spesial"
Bima bilang, aku pasti tolol kalau mau berpacaran dengan Mika.
Ia bilang, Mika itu aneh dan bukan orang yang pantas untuk dipacari.
Aku tidak mengerti. Jadi aku tanyakan alasannya.
Bima bilang, itu karena mika sakit AIDS.
Aku bertanya pada Mika," Apa AIDS membuatmu berhenti tertawa ketika kamu menonton film Mr. Bean?" Mika jawab "Tidak"
"Apa AIDS membuatmu berhenti merasa bahwa coklat M&M'S adalah yang paling enak?" Mika jawab "Tidak"
"Apa AIDS membuatmu berhenti berpikir bahwa Tuhan itu ada?" Mika jawab "Tidak"
Lalu aku putuskan untuk berhenti bertannya. Karena aku segera yakin bahwa Bima itu salah. Tidak mungkin seseorang yang tertawa ketika menonton Mr. Bean, menyukai cokelat M&M'S dan percaya pada Tuhan itu tidak pantas untuk dipacari, kan?
Kalau ingin tahu siapa Indi, kalian bisa kenal dia disini