™Signature™

★Visitor★

Twitter

™About Me™

Foto saya
Follow my Blog or add my Facebook, to know more about me :)

© ME ©

© ME ©



© Famm ©

© Famm ©
My Sista

Okaa-san & My Lil' brotha

© Fellas ©

© Fellas ©


Goodreads

Takinchi's bookshelf: read

Stepping on Roses, Vol. 1 Yotsuba&!, Vol. 01 Black Bird, Vol. 1 Pride and Prejudice A Walk to Remember Mars, Volume 01

More of Takinchi's books »
Book recommendations, book reviews, quotes, book clubs, book trivia, book lists

Books Rate

Reading Challenge

2013 Reading Challenge

2013 Reading Challenge
Takinchi has read 66 books toward her goal of 100 books.
hide

Translate

Shiny Star

Giveaway

Selasa, 27 Agustus 2013

I Wish You'd be Happy, My Senior


     Ah, lama gak posting, dateng-dateng mau curhat! Hahahaha

     Hari ini udah masuk hari-hari terakhir liburan panjang semester genap. Besok aku musti balik ke Surabaya buat kepenasehatan. Cepet banget kan waktu berlalu?

     Kemarin aku denger kabar dari Mentari, kalo hero-ku semasa SD (Senior yang aku bahas di post lebaran tahun lalu) nikah. Speechless. Shock… dan ada sesuatu yang ngeganjel dalam hati. Mentari bilang, ada sesuatu dibalik pernikahan yang dijalani seniorku itu. Aku belum tahu jelasnya sih, belom dapet gossip lengkapnya. At least, dia nggak nikah karena partner-nya hamil duluan. Kalau boleh jujur, aku seneng aja mengetahui dia berbeda dengan cowo-cowo zaman sekarang yang nikah muda karena pacarnya keburu berbadan dua.

     Rasanya baru kemaren aku nggak sengaja ketemu sama dia. Tapi ternyata udah setahun berlalu… dan sekarang, dia udah jadi suami orang. Dia sudah memiliki status yang berbeda dari terakhir kali aku ketemu dia.

     Terus aku inget dulu pas kami lagi deket-deketnya.

     Aku pernah nunjukin surat cinta dari Adit, cowo dari SD lain, ke dia. Dia nggak komentar apa-apa. Tapi dia ngambil gantungan kunciku. Itu gantungan kunci yang sama kayak punya kakakku. Gantungan kunci berbentuk nama kami.

     Awalnya aku nggak tau kalau gantungan itu dia yang ngambil. Kukira jatuh terus hilang. Tapi setelah lihat aku kebingungan nyari, dia ngasih tahu kalau gantungan kunci itu ada sama dia. Aku minta dia buat balikin, soalnya itu gantungan baru yang dibelikan sama Ibu. “Kasih ke aku aja ya, buat kenang-kenangan.” Dia bilang. Tapi aku nggak mau tahu, dan tetep minta gantungan kunci itu balik. Meskipun dia udah minta barter sama miniatur keramik kepunyaannya.

     Why didn’t I just let him to have it?

     Rasanya baru sekarang ada sedikit rasa penyesalan. Well, it won’t make any difference though. I can’t be with him howsoever. Tapi tetep aja, sedih rasanya kalau inget hal itu. Meskipun baru setelah Mentari bilang dia nikah juga aku inget ada kejadian semaca itu dulu.

     Aku emang nggak tau gimana perasaan dia waktu itu. Tapi aku suka banget sama dia. Apa salah kalau aku nganggep dia mungkin aja punya perasaan yang sama? Kalau aku jadi dia, aku pasti sedih banget, nggak bisa dapet kenang-kenangan dari orang yang aku anggep istimewa.

     Aku ngerasa jahat…. Dan bodoh.

     Mungkin emang pada akhirnya benda itu nggak akan lagi punya arti. Dia bisa aja ngilangin gantungan kunci, dan aku nggak inget lagi sama miniatur keramiknya. Gantungan kunci itu nggak akan bisa nyegah dia buat pacaran sama temen sekelasnya, dan miniatur itu nggak akan bisa ngehalangin aku buat jatuh cinta sama Nico. Tapi aku masih tetep berharap, kalau aku ngebiarin dia barter kedua benda itu.

     Jadi aku nggak akan melalui setahun penuh ketiadaannya di sampingku dengan kesepian. Jadi aku punya sesuatu yang dulunya milik dia. Jadi aku punya sesuatu dimana dia sendiri yang ngasih ke aku. Jadi aku nggak kayak orang bodoh yang selalu duduk-duduk di gerbang depan saat istirahat ke-2, berharap dia bakalan lewat di depan sekolah SD kami, meskipun dia bisa lewat jalanan aspal yang lebih gampang buat dilewati. Jadi aku nggak Cuma bisa buka buku diary-ku, dan ngebaca hal-hal manis yang pernah aku lalui sama dia. Mencoba mengingat-ingat gimana senangnya aku waktu itu.

     I should have just let him to have it.

     Aku nggak akan kasih alasan apa-apa. Aku emang masih kecil dan bodoh. Dan aku nyesel.
Dia cowo baik. Cowo paling gentle yang pernah deket sama aku. Cowo yang lebih milih pergi ke kelasku, duduk di mejaku, bercanda denganku dan teman baikku, dibanding main bola, dimana itu adalah hal yang dia sukai.

     Itu mungkin cuma cinta monyet. Hal sepele. Tapi apa yang aku rasakan itu bukan Cuma main-main. Waktu itu aku serius sayang sama dia. Dan setelah aku dengar tentang pernikahannya, aku hanya berharap dia bahagia. Aku berharap si partner juga tulus mencintainya, terlepas dari apapun yang mengiringi pernikahan mereka.

     Semoga bahagia selalu, Seniorku.

Minggu, 10 Februari 2013

Valentine


Haloo semuanya!
Udah lama banget ya ternyata semenjak posting sambutan tahun baru kemarin. Kali ini  saya kembali dengan post edisi spesial hari Valentine. Errr~ tanggal 14 masih agak jauh sih, tapi, berhubung saya ini hari terakhir libur dan nganggur dan kalo nunggu sampe tanggal 14 kemungkinan gak jadi posting, mending sekarang kan ya??
Apa sih pengalaman berkesan kalian pada tanggal 14 Februari ini?
Kalau diingat-ingat lagi, udah lama sekali semenjak terakhir kali ngerayain hari Valentine ini. Em, tahun lalu dapet permen cokelat dari Novir sih, tapi apa itu termasuk ngerayain? Kita anggap iya aja deh, berarti tahun lalu author ngerayain dong ya? Hahaha!
Dulu banget waktu SMP, rasanya tiap tahun ngerayain Valentine deh, bareng anak-anak Metrika. Kami ngumpulin kado dan dilakukanlah tukar-menukar menggunakan slot nomor. Aku pernah dapet apa aja ya?? Yang aku inget sih, boneka sama kalung. Ah, jadi kangen momen-momen itu….
Dan ngomong-ngomong soal kado Valentine, pernah sekali waktu kelas 2 SMP, aku ngasih surat dan kado buat mantan, Iya mantan paling nggak tahu diri dan kurang ajar itu! Suratnya anonim sih~ dan aku susah banget ngingat-ngingat, perasaan macam apa yang aku miliki ke dia saat itu. Kalau dipikir-pikir lagi hal itu udah masuk kategori kebodohan, bukan lagi sekedar cinta.
Aku udah merencanakan hal itu sejak lama sama Mentari. Dia juga mau ngasih kado dan surat anonim buat anak kelas sebelah yang udah dia taksir dari kelas 1. Tanggal 14 waktu itu bertepatan dengan event pemilihan ketua osis. Dari pagi aku udah deg-degan setengah mati, karena ada rencana-rencana yang harus diubah sehubungan dengan event besar sekolah.
Rini, Khalida sama Mentari yang berangkat menunaikan misiku untuk nyelipin kado dan surat di bawah helm si Monyet. Pas pulangnya dia tau ada surat dan cokelat di bawah helm-nya, dia kelihatan bingung. Aku nggak bisa menggambarkan betapa aku bahagia ngeliat senyum mengembang dibibirnya. Nggak inget juga sih detil suratnya, yang aku inget Cuma inti dari surat itu. “Satu-satunya hal yang perlu kamu tahu tentangku adalah aku ada disini, melihatmu dan mencintaimu.”. Sialan, mataku berkaca-kaca sambil ngetik!
Iya. Memang itu yang aku rasakan. Aku udah nggak peduli lagi dengan hal lain selain rasa cintaku yang begitu besar padanya. Aku nggak perduli, sudah berapa kali dia pacaran sama cewek lain setelah pisah sama aku. Aku tetep percaya, kalau apa yang aku rasakan itu istimewa, yang aku rasakan lebih dari apa yang bisa diberikan pacar-pacarnya yang lain. Dan parahnya, aku memegang erat-erat harapan, suatu saat dia kan kembali padaku. Gosh, what a fool I’ve been! Karena kenyataannya nggak begitu. Nggak ada apa-apa di dalam atinya. Nggak ada cinta, apalagi buatku. Aku udah kalah dari rasa cintaku yang membabi buta. Salah siapa? Salahku sendiri!
Tapi ada satu lagi cerita soal Valentine yang baru aku sadari adalah hal yang memiliki kesan tersendiri.Waktu itu aku udah menginjak tahun terakhir di SMP. Aku lagi deket-dektnya sama Fischal, teman sekelasku. Dulu waktu kelas 1 kami sempat sekelas dan mengalami hubungan yang panas dalam artian keseringan saling teriak kalap karena jengkel pada satu sama lain. Tapi juga punya hubungan yang baik kok pada akhirnya. Meskipun dia julukin aku si cerewet, tapi dia nurut juga sama orang cerewet macam aku. Haha.
Aku sempat diam-diamTTM-an sama dia pada akhir Desember. Tapi hubungan itu nggak berlangsung lama. 14 Feberuari 2008, setelah acara tukar kado bareng temen-temen cewek sekelas aku duduk di mejaku sendiri. Tiba-tiba aja Fischal duduk di kursi depan mejaku. Aku cemberut waktu dia godain aku.
“Kenapa? Bad Mood lagi?” tanyanya. Aku nggak jawab dan menambah kernyitan di dahi. Mengindikasikan kalau aku merasa irritated tingkat dewa dengan bercandaannya. Dia malah senyum sambil ngulurin tangan ngajak salaman. Setelah aku sambut uluran tangan itu dan kami berjabat, dia ngacak-ngacak rambutku sambil tersenyum, “Selamat hari Valentine” ujarnya. Manis banget kan sikapnya ? :3
Iya. Begitu banyak hal yang baru kita sadari seberapa besar artinya saat hal itu sudah berlalu dan yang bisa kita lakukan hanyalah menengok ke belakang, demi tersenyum sambil mengenang kembali saat-saat itu. Untuk saudara Fischal, terimakasih atas rasa sayangnya ya. Aku sungguh-sungguh minta maaf kalau aku tidak pernah bisa memberi lebih. Aku minta maaf atas semua luka yang dulu pernah aku timbulkan. Semoga kamu mendapat yang terbaik, dan Valentine dengan pacar tahun ini berjalan lancer. Let’s live a happy life.
Kasih sayang itu nggak hanya datang dan bertahan pada 14 Februari. Kasih sayang adalah hal yang selalu ada dalam kehidupan kita. 14 Februari hanyalah satu kesempatan untuk kita agar bisa lebih mengekspresikan rasa kasih itu. Tapi toh kasih sayang keluarga, saudara, dan sahabat selamanya ada di hati kita. Setiap hari menemani kita.
Untuk teman-teman sekalian, selamat merayakan hari kasih sayang ya. Karena author jomblo dan mustahil bakalan dapat jatah cokelat, author mau sembunyi ke pojokan dulu. Bukan.. bukan karena depresi nggak dapat cokelat, tapi karena galau besok harus balik ke Surabaya untuk menunaikan hari pertama perkuliahan semester 4 (yang aslinya udah dimulai dari tanggal 6).
Oo iya, Adik author yang paling nakal lagi sakit. Mohon do’a dan kasih sayangnya ya biar Binbin cepar sembuh. Terimakasih. 
Happy Valentine!




™ Tik Tok Time ™

™ Ongaku™

™ Your Words ™

Seguidores